Sabtu, 26 September 2009

cErItA pUNk rOCk jALAnaN ! !

“Punk Rock Jalanan”(kisah ini Terinspirasi dari kisah nyata)

Tersebutlah seorang pemuda berusia 15 tahun. Namanya Tigor bersekolah kelas 3 SMP
Kartika Balikpapan. Lahir di keluarga baik-baik. Konon ceritanya keluarganya yang
tadinya kaya-raya mendadak jatuh miskin karena perusahaan sang ayah yang bergerak
di bidang kontraktor sipil gulung tikar. Di tengah hobinya bergabung dengan klub
BMX, Tigor tidak dapat memenuhi kebutuhannya untuk menyalurkan hobinya itu lebih
dalam…yaitu memakai barang-barang bermerk di tubuhnya, membeli ornamen-ornamen
untuk sepedanya, dan sebagainya. Belum lagi ejekan dari teman-teman satu klub yang
selalu diterimanya. Sementara di satu sisi, terdapat sebuah klub juga yang menamai
diri mereka ‘street guys‘. Dalam jiwanya yang labil, Tigor akhirnya membelot.
Anak-anak ‘street‘ jiwa kekeluargaannya lebih besar dibanding anak-anak BMX yang
berasal dari keluarga ‘berada’.
Tigor mulai merokok, bahkan untuk anak seusianya
yang masih tergolong belia, ia sudah mulai mengenal alkohol. Orang tuanya tak
henti-henti menasehatinya, tapi doktrin punk terlalu kuat…isinya antara lain
“Nazi fuck…polisi anjing…kita bukan budak, jangan mau disuruh-suruh…kami
anti kemapanan!!!”. Orang tuanya hanya bisa mengurut-urut dada saja ketika Tigor
membantah sewaktu disuruh membuang sampah rumah tangga mereka di tempat pembuangan
sampah yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Hingga suatu waktu sang ayah marah
besar ketika Tigor membentak beliau hanya karna disuruh pergi ke warung makan.
Kemarahan sang ayah membuat Tigor begitu sakit hati karena Tigor belum pernah
melihat sang ayah semarah itu kepadanya. Tigor pergi dari rumah tanpa membawa baju
ganti satupun. Ia pergi bersama kumpulan barunya yaitu ‘street guys‘ ato lebih
kita kenal dengan nama anak punk yang sesungguhnya keberadaan mereka sangat
meresahkan masyarakat sekitar dan selalu membuat para polisi jengkel.
Di sinilah petualangan Tigor dimulai. Bersama kumpulan barunya ia ikut mengamen di
lampu merah, jika lapar dan tidak cukup uang ia mentegakan dirinya mengorek-ngorek
tempat sampah demi mengobati perutnya yang sangat kelaparan. Sementara ayah dan
ibunya menangis berhari-hari di rumah, berharap Tigor, anak laki-laki satu-satunya
mereka segera pulang ke rumah. Tigor memiliki seorang kakak perempuan yang
kemudian diasuh oleh tantenya setelah mereka jatuh miskin.
Akhirnya suatu saat
ibunya mendapati anak lelakinya itu sedang mengorek sebuah tong sampah. Kulitnya
bertambah hitam, tubuh jangkungnya terlihat semakin kurus, rambutnya yang hitam
legam bagus berubah menjadi model mohawk yang tak beraturan dan berwarna merah
yang entah mungkin dari cat rambut murahan. Ibunya menangis melihat anaknya itu
dan memintanya pulang ke rumah. Tapi Tigor tetap membantah sampai akhirnya
temannya membujuknya untuk pulang…dan pulanglah ia.
Ayahnya mulai mengalah
padanya. Motor satu-satunya yang tersisa di rumah itu khusus untuk Tigor pakai. Tigor mulai mau sekolah lagi, tapi di akhir pekan, tak ada yang bisa menghalangi
langkahnya untuk pergi ke Samarinda, 2 setengah jam dari Balikpapan waktu
tempuhnya, bersama anak-anak punk. Namun ayah dan ibunya tak begitu khawatir
karena di Samarinda banyak tante-tante dan sepupunya.
Sampai akhirnya ia
berkenalan dengan seorang gadis kelas 3 SMP di SMPN 2 Samarinda bernama
Liza. Kebetulan Liza adalah teman satu sekolah sepupunya. Tigor pulang ke
Balikpapan dengan hati berbunga-bunga. Bertambah rajinlah ia berkunjung ke
Samarinda karena gadis bernama Liza ini. Orang tuanya sungguh khawatir sesuatu
terjadi padanya sepanjang perjalanan lintas kota itu. Akhirnya kelulusan tiba
juga. Tigor masuk ke STM Swasta satu-satunya di Balikpapan, jurusan
elektro.
Belum selesai cobaan yang harus Tigor dan keluarganya terima, berawal
dari kecurigaan kedua orang tuanya kalau si anak buta warna karena Tigor
sangat susah membedakan antara warna merah muda dan hijau, ditambah lagi dengan
sang ayah adalah seorang yang buta warna. Akhirnya keluarga membawanya ke
puskesmas, namun kata puskesmas hanyalah kurang latihan. Oleh karena itu kedua
orang tuanya tetap nekad memasukkan ke STM yang terdekat dari rumahnya.Namun
karena sudah dilatih berulang-ulang si Tigor belum juga bisa menghafal warna-warna
tersebut, dengan bantuan sang tante, kemudian Tigor kembali untuk melakukan pemeriksaan dan dibawa ke dokter spesialis mata. Tigor dinyatakan buta warna parsial (60%).
Bermaksud baik, sang ibu
membawa surat pernyataan dari dokter itu ke pihak sekolahnya agar anaknya
dipindahkan jurusan ke jurusan otomotif saja. Ternyata pihak sekolah malah
beranggapan bahwa anak buta warna sama sekali tidak bisa masuk di STM di jurusan apapun, jadi lebih
baik pindah ke sekolah umum saja. Padahal STM tersebut sebelumnya tidak melakukan
test buta warna terhadap calon-calon siswanya maupun meminta surat pernyataan
tidak buta warna terlebih dahulu dari para calon siswanya, seperti yang dilakukan
oleh STM negeri.
Di sekolah teman-teman memperlakukannya seperti orang yang
dikucilkan, sikap sang guru juga kurang baik kepadanya (karena Tigor memang bukan
siswa teladan di sekolahnya). Akhirnya Tigor membuat keputusan untuk berhenti
sekolah. Ia hanya mempunyai ijazah SMP dan tambah menjadi-jadi kehidupan malam
dijalaninya di usianya yang baru 16 tahun itu.
Suatu hari yang paling membuat
orang tuanya shock adalah Tigor yang baru pulang dari Samarinda, membawa Liza
pacarnya ke rumah. Saat itu memang sang kakak sedang nginap juga di rumahnya.
Ketika ditanya oleh orang tuanya, katanya si Liza akan menginap semalam, mau
jalan-jalan dulu di Balikpapan, tidurnya bareng kakaknya saja. Ketika orang
tuanya menanyai Liza apakah sudah ijin kepada orang tuanya, Liza bilang sudah.
Walau masih sedikit curiga karena Liza masih menggunakan seragam pramuka, namun
orang tua Tigor cukup lega karena menurut Liza ia sudah meminta ijin sebelum ke
Balikpapan.
Sampai kemudian terjadi kehebohan besar. Tantenya Tigor telpon ke rumah
menanyai Tigor tentang keberadaan Liza karena orang tua Liza membuat ribut di
rumah tantenya tersebut. Ketika mengetahui Tigor membawa Liza ke Balikpapan,
tantenya langsung menyuruh mamanya Liza berbicara sendiri kepada ibunya Tigor. Ibu
meminta mamanya Liza untuk tidak terlalu khawatir, namun mamanya Liza tetap
bersikukuh meminta alamat Tigor di Balikpapan.
Di tengah tidur pulasnya
Liza, jam 4 subhu, orang tuanya menjemput menggunakan taxi argo. Mereka tampak sangat khawatir karena
Liza adalah anak semata-wayang mereka. Akhirnya Liza dilarang orang tuanya menemui Tigor lagi. Tigor datang ke Samarinda sudah tidak disambut baik lagi oleh
keluarganya Liza. Orang tua Liza tidak suka Tigor bergaul dengan Liza karena Tigor
hanyalah seorang yang lulusan SMP, dan seorang punker. Liza berasal dari keluarga
kaya.
Tigor patah hati berat dengan Liza. Tigor mencoba untuk bunuh diri, namun teman-teman satu kumpulannya mencegahnya. Kehidupan Tigor tambah lekat pada
kehidupan punk. Waktunya habis untuk mengamen dan berkumpul bersama anak-anak punk
di jalanan. Puskib adalah tempat berkumpulnya mereka. Lampu merah adalah tempat
mereka mengamen. Lagu andalan anak-anak punk berjudul “Punk Rock Jalanan”. Lagu itu selalu Tigor nyanyikan saat mengamen, karena Tigor merasa bahwa lagu itu sangat sesuai untuknya, dia memang seorang “Punk Rock Jalanan”.
Sewaktu orang tuanya memohonnya melepaskan diri dari punk, Tigor berkata, “Bu,
mereka juga keluargaku. Sewaktu motorku kehabisan bensin di kilometer 20-an, di
tengah hutan sana, aku menghubungi seorangpun temanku tak ada yang bisa datang
menolongku, tapi ketika aku menelpon Dedy, salah seorang teman punk, semua anak
punk Balikpapan datang menghampiriku, jalan kaki mereka dari kota demi aku,
menemaniku mendorong motor sampai aku bisa mengisi bensin motorku. Aku menangis dalam hati
saat itu. Karena sebenarnya saat itu aku sudah ingin lepas dari mereka. Saat Liza meninggalkanku, punk tidak pernah meninggalkanku.”Orang tuanya terharu dan tidak sanggup berkata apapun lagi.
Punk memang meresahkan masyarakat, mungkin karena mereka
terkesan urakan, tapi sikap kekeluargaan mereka terhadap sesamanya patut diacungi
jempol. Begitulah kisah Tigor, Punk Rock Jalanan.

" kusimpan rindu dihatigelisah tak menentuberawal dari,kita bertemukau takkan kulupa
Ku ingin engkau mengertibetapa kau kucintahanya padamu, kubersumpahkau akan kujaga sampai mati
Ku ingin tahu siapa namamudan ku ingin tahu di mana rumahmuWalau sampai akhir hayat ini
Jalan hidup kita berbeda aku hanyalah punk rock jalananYang tak punya harta berlimpahUntuk dirimu sayang
Kutunggu kau kutungguKu nanti kau ku nantiWalau sampai akhir hayat ini
Kuingin kau tahu ku mencintaimuKuingin kau tahu ku menyayangimuWalau sampai akhir hayat ini
Jalan hidup kita berbedaAku hanyalah punk rock jalananYang tak punya mobil mewahUntuk dirimu sayang
Kutunggu kau kutungguKunanti kau kunantiWalau adanya diri ini sayang "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar